“hey, ada apa ini ?” bentak bibiku
“anak ini telah berani mencuri ubi saya”
“3 batang ubi ini ?. lalu hanya dengan 3 batang ubi ini kamu hendak membunuhya”
“tidak aku hanya ingin berniat menakutinya. Agar dia tak berani lagi”
“tapi bukan dengan cara seperti ini. bicara lah dengannya baik-baik karna saya yakin tidak mungkin dia mencuri jika tidak terdesak”
“baiklah, agar damai lebih baik berikan saja 3 batang ubiku itu maka akan ku biarkan dia pergi”
“tidak, tidak. Aku tak akan memberikan ubi ini kepadamu karna ibuku sangat membutuhkannya”
“berikan saja, nanti bibiku akan memberimu yang lebih banyak. Iya kan bi ?”
“iya, aku akan memberikan kamu yang lebih dari itu”
“ini, aku kembalikan dan aku juga minta maaf atas perbuatanku tadi”
“sini, dasar pencuri”
“pergilah kamu sudah puas kan, dan ingat jangan berani mengganggunya lagi’
“hmmm”
“ayo bi kita ke kebun”
……
“nama kamu siapa ?”
“ini ubi untuk mu, maaf ubi ini tidak terlalu banyak”
“terima kasih tapi ini lebih dari cukup”
“sama-sama”
“aku akan pulang dan memasakkannya untuk ibuku”
“pulang lah, ibu mu pasti khawatir”
“baik , terima kasih”
“haa bibi, dia belum sempat menjawab namanya, bibi sudah menyuruhnya pergi”
“kamu penasaran dengan namanya ?, dia itu anak bu desi satu-satunya yang bernama risno”
“oww, jadi nama anak itu risno”
“kenapa ?. kamu ingin berteman dengannya ?”
“iya bi karna aku lihat di anak yang baik”
“sudah lah, mungkin kapan-kapan kamu akan bertemu dengannya lagi”
“iya bi, ayo kita ambil semua ubi itu”
“ayo”
Setelah beberapa minggu berlalu aku tak pernah melihatnya lagi, sungguh aku tidak pernah tau kabarnya dan kabar ibunya.
“cahya, kamu sudah mendengar kabar bahwa ibunya risno sudah meninggal “
“inaillahi wa innaillahi rajiun, kapan bi ?”
“kemarin malam”
“astagfirullah aladzim, bi aku ingin menemuinya “
“baiklah ayo bibi antar kamu ke rumahnya”
“ayo bi”
…..
Dari dalam rumah risno terdengar suara orang-orang sedang membacakan ayat suci Al-Qur’an dan aku juga bisa melihatnya sedang menangis. Sungguh tak tega rasanya aku melihatnya seperti itu apalagi sekarang dia harus hidup sendiri dan menggali kuburan untuk ibunya sendiri dengan persetujuan pak RT untuk memberikan tanah kepadanya tetapi para penggali tidak ada yang mau membantunya. Tuhan bagaimana jika aku menjadi dia, mungkin sudah lama kutancapkan pisau ke perutku agar tak ku hidup di dunia ini. Tuhan berilah dia kekuatan dan ketabahan untuk menjalani kehidupan ini.Selesai pemakaman aku langsung menghampirinya.
“risno, kamu yang tabah ya ?”
“iya, aku juga tidak mau terus larut dalam kesedihan karna pesan almarhumah untukku adalah selalu tersenyum dalam menghadapi cobaan hidup seberat apapun”
“ibu kamu memang benar dan aku juga akan selalu membantumu”
“terima kasih”
“lalu, setelah ini apa yang akan kamu lakukan”
“aku akan mengikuti pamanku ke palu”
“ke palu ?. berarti kamu sudah tidak akan tinggal disini lagi”
“iya, aku akan membantu pamanku disana”
“kenapa kamu harus pergi ?, kita baru saja bertemu lagi sekarang kamu harus pergi”
“maaf kan aku, lagipula jika aku bertahan disini, aku tak kan bisa berbuat apalagi”
“lalu kapan kamu akan pergi ?, dan kapan kamu akan kembali ?”
“ aku akan pergi sebentar malam dan mungkin saja tak akan kembali karna aku tak punya siapa-siapa disini”
“sebentar malam ?. kuburan ibu kamu belum kering dan kamu akan meninggalkannya sendiri’
“aku tahu tapi dia juga sudah meninggalkan ku sendiri dan lagipula ibuku kini selalau ada di hatiku. Jadi, kemanapun aku pergi dia selalu megikutiku”
“sebentar malam kamu jangan pergi dulu sebelum aku datang. Aku janji pasti datang”
“tidak perlu, lagipula jarak rumahmu dan pelabuhan itu jauh”
“kalau begitu ambil ini”
“untuk apa cangkang keong ini ?”
“suatu saat nanti kalau kita bertemu, kamu harus menunjukan cangkan keong ini agar aku percaya itu kamu”
“baiklah, akan ku jaga baik-baik cangkang keong ini”
“kalau begitu aku pulang dulu, sampai bejumpa sebentar malam, daaa“
“daaa”
……
“pa, antarkan saya ke pelabuhan ya ?”
“untuk apa ?, ini juga sudah malam”
“saya mau antar temanku pergi, saya janji ini akan cepat”
“saya capek”
“hiiiiii menjengkelkan”
“sini saya antar kamu, saya pinjam anak mu sebentar nanti saya kembalikan”
“tapi jangan pulang malam”
“iya, saya antarkan dia sebentar saja”
“terima kasih bibi”
…..
“eheheheh berhenti , saya belum bertemu teman saya”
“nanti saja kapal ini sudah mau jalan”
. “cahyaaa”
“risnoo, daaa”
“daaaa, nanti kita ketemu lagi. Belajar baik-baik agar kamu bisa menyusulku ke sana”
“iya”
“jangan menangis, aku janji akan kembali suatu saat nanti”
“saya tidak menangis, hanya debu masuk di mataku”
“daaaa”
“daaaa”
Kapal itu sudah jauh dari pelabuhan tempat ku berdiri tanpa terasa dada ku kembali sesak dan air mataku pun jatuh lebih deras, aku memang paling membenci yang namanya perpisahan. Aku tidak tahu jika dia juga menangis karna yang terlihat hanya lambaian tangannya. Tapi aku yakin dia pasti akan menepati janjinya untuk kembali. Aku akan selalu menunggu..
Tamat
Komentar
Posting Komentar